PENDEKATAN
PSIKOLOGI STRUKTURALIS
Strukturalisme
atau Strukturalis merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk
menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang
saling berhubungan. Strukturalisme sendiri berasal dari bahasa inggris structuralism yang memiliki arti
membangun.
1.
Aplikasi Pendekatan Psikologi Strukturalis Dalam Kehidupan
Penerpan
psikologi strukturalis dalam khidupan dapat digunakan dalam melakukan analisis
bidang-bidang khusus maupun melakukan suatu penelitian oleh seseorang untuk
memperoleh hasil yang lebih baik ketimbang pendekatan lainnya. Contohnya
seperti penerapan strukturalisme dalam karya sastra, genetik, dll.
Dalam
implementasi di masyarakat, strukturalisme dapat dilihat pada pertunjukan
budaya, semisal kuda lumping. Pada pertunjukan kuda lumping ini terdapat struktur
luar yakni, alat-alat dari permainan kuda lumping sendiri. Dari berupa kostum
hingga gamelan/alat musik yang menjadi pengiring permainan kuda lumping. Pada struktur
dalamnya terdapat unsur-unsur mitos, yakni semacam pemanggilan arwah untuk
dimasukkan pada tubuh orang yang menjadi pelaku pertunjukan kebudayaan.
2.
Bagaimana Guru Menerapkan Strukturalis Dalam Pembelajaran?
- Segala ssuatu yang diucapkan merupakan aspek bahasa yang paling penting. Oleh karena itu, seorang guru harus mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberikan latihan kepada siswa mulai dari latihan menyimak, memahami kemudian berbicara.
- Perbedaan antar bahasa asli siswa dengan bahasa asing yang sedang dipelajarinya perlu diperhatkan besar oleh seorang guru untuk memprioritaskan erbedaan-perbedaan ini sehingga dapat dissuaikan ketika merancang sebuah metode pembelajaran.
- Dalam melaksanakan proses pembelajaran, hendaknya guru memberikan penjelasan kepada para siswa dengan penjelasan yang bersifat induktif, yakni guru memberikan penjelasannya dengan memberikan contoh-contoh sebanyak mungkin kemudian dilanjutkan dengan memberkan ksimpulan terhadap kaidah-kaidah yang sedang dipelajarinya setelah itu diadakan kegiatan Tanya jawab untuk memantapkan pemahaman siswa.[1]
3.
Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Strukturalis
Seorang
guru harus peka terhadap situasi dan kondisi keadaan semua murid yang
diajarnya, karena setiap siswa memiliki bahasa yang khas dan karakter yang
berbeda-beda karena dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan tempat tinggal
mereka.
PENDEKATAN
PSIKOLOGI HUMANIS
Psikologi
humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu
pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah
ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli
psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan
tradisional behaviorisme dan psikoanalis. [2]
1.
Aplikasi Pendekatan Psikologi Humanis Dalam Kehidupan
Dasar
dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan
menciptakan kesehatan dan
menyesuaikannya. Sebab itu, konselor harus mempergunakan teknisnya untuk
memajukan tendensi perkembangan klien tidak secara langsung tetapi dengan
menciptakan kondisi perkembangan yang positif dengan cara permisif. Konselor
sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat, pedoman,
kritik, penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya. Dengan cara ini,
konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan rencana
hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan
bersikap:
a.
Menerima (Acceptance): Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat
dan mengembangkan diri apa adanya.
b.
Kehangatan (Warmth): Ditujukan agar
klien merasa aman dan memiliki penilaian yang lebih positif tentang
dirinya.
c.
Tampil apa adanya (Genuine):
Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap
positif.
d.
Empati (Emphaty): Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame of reference), klien akan memberikan
manfaat besar dalam memahami diri dan problematikanya.
e.
Penerimaan tanpa syarat (Unconditional
positive regard): Sikap penghargaan
tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun negatif perilaku atau sifat klien, yang
kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
f.
Transparansi (Transparancy): Penampilan terapis yang transparan atau tanpa
topeng pada saat terapi berlangsung
maupun dalam kehidupan keseharian
merupakan hal yang penting bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan
rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
g. Kongruensi
(Congruence): Konselor dan klien
berada pada hubungan yang sejajar dalam relasi terapeutik yang sehat. Terapis
bukanlah orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.
Kondisi-kondisi
yang memungkinkan klien mengubah diri secara konstruktif mengharuskan klien dan
terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan demikian, akan dapat dilihat perubahan
yang terjadi dalam proses terapi antara lain:
a.
Klien akan mengekspresikan pengalaman
dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem yang dihadapi.
b.
Klien akan berkembang menjadi orang yang
dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
c.
Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan
pengalaman mereka.
d.
Klien sadar penuh akan perasaan yang
mengganggu.
e.
Klien mampu mengenal konsep diri dengan
terapi yang tidak mengancam.
f.
Ketika terapi dilanjutkan, konsep
dirinya menjadi congruence.
g.
Mereka mengembangkan kemampuan dengan
pengalaman yang dibentuk oleh unconditional
positive regard.
h.
Mereka akan mengevaluasi
pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial dengan baik.
i.
Mereka menjadi positif dalam menghargai
diri sendiri.
Setelah
terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan
permasalahannya.
a.
Mereka menjadi terbuka terhadap
pengalaman dan perasaannya sendiri.
b.
Dalam pengalamannya sehari-hari mereka
bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
c.
Mereka menjadi kreatif. Mereka merasa
dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam hubungan dengan orang lain.[3]
2.
Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Humanis Dalam Pembelajaran?
Dalam
prakteknya teori humanism ini cenderung mengatakan siswa untuk berfikir
induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang
guru dalam proses pembelajaran yakni sebagai berikut:
- Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
- Menentukan materi pembelajaran
- Mengidentifikasi kemampuan awal siswa
- Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang kemungkinan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar
- Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
- Membimbing siswa untk memahami hakikat makna dari pengalaman belajar
- Membimbing siswa belajar secara aktif
- Membimbing siswa ntu memahami konseptualisasi pengalaman belajarnya
- Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata
- Mengevaluasi proses dan hasil belajar.[4]
3.
Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Humanis
Mengingat
humanisme merupakan teori yang mengutamakan manusia itu sendiri sebagai mahluk
yang paling harus mendapat perhatian yang lebih ketimbang mahluk lain karena
memiliki akal budi, empati dan sebagai mahluk social. Maka dari itu, seorang
guru harus memberikan penilaian terhadap peserta didiknya dengan memiliki
kepekaan perasaan sebagai sesama manusia sehingga hal itu tidak membuat anak
didiknya menjadi tidak tertekan dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung
.
PENDEKATAN
PSIKOLOGI BEHAVIORIS
Psikologi
Behaviorisme adalah ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia. Sistem psikologi behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem
sebelumnya. Dalam pandangannya, perilaku yang dapat diamati dan dikuantifikasi
memiliki maknanya sendiri, bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan
peristiwa-peristiwa mental yang mendasarinya.
1.
Aplikasi Teori Behavioris Dalam Kehidupan
Dalam
kehidupan yang nyata, penerapan psikologi terlihat ketika seorang guru
menjelaskan didepan kelas kepada siswanya dengan metode ceramah. Selain itu,
dalam ajaran agama Hindu penerapan teori behaviorisme sangat kental karena
setiap melaksanakan odalan di pura-pura umat Hindu selalu mengadakan Dharma
Wacana yang bertujuan untuk membagai ilmu pengetahuan atau memberikan
pencerahan kepada umat Hindu ketika sembari menunggu pembagian tirta.
2.
Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Behavioris Dalam Pembelajaran?
Dalam
pembelajaran terhadap siswa, Psikologi Behaviorisme dapat diaplikasikan dengan
cara sebagai berikut:
·
Guru menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru
·
Guru tidak banyak memberikan ceramah,
tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri
maupun simulasi
·
Bahan pelajaran disusun secara hierarki
dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
·
Pembelajaran berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati
·
Kesalahan harus segera diperbaiki
·
Pengulangan dan latihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
·
Evaulasi atau penilaian didasari atas
perilaku yang tampak
3.
Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Behavioris
Karena
teori behaviorisme ini bersifat ceramah, seseorang yang menerapkan teori ini
harus memperhatikan audiens dengan baik agar pendengar tidak merasa bosan
terhadap apa yang disampaikan oleh narasumber didepan. Pembicara harus
memastikan dengan baik apa yang ia sampaikan dapat dicerna bagi si pendengar
sehingga tutur bahasa yang lugas dan jelas harus diperhatikan dalam teori ini.
PENDEKATAN
PSIKOLOGI PSIKOANALISIS
Psikoanalisis
adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor
psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa
kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa.
1.
Aplikasi Pendekatan Psikologi Psikoanalisis Dalam Kehidupan
Konsep
bahwa ”manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”. ini dapat
dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu
memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Sedangkan konsep
“kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian
tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya;
mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu
mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan
bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam
masyarakatnya.
Konsep
psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap
perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam
beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak
dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pembinaan akhlak individual,
Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya
agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma
ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang
panjang dari dalam lingkungannya.
2.
Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Psikoanalisis Dalam Pembelajaran?
Dalam teori ini, seorang guru yang memahami perkembangan dan
tngkat pengetahuan seorang anak seperti:
1.
Masa
bayi (0-2 tahun), disebut periode sensorik motorik, pada periode ini
perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat.
2.
Masa
kanak-kanak (3-5 tahun), disebut periode praoperasional. Pada periode ini, dorongan
keingintahuan anak sangat besar, sehingga banyak orang mengatakan bahwa anak
pada periode ini adalah “masa bertanya”.
3.
Masa
usia sekolah (6-12 tahun), periode operasional nyata. Pada masa ini anak sangat
aktif, ditandai dengan perkembangan fisik dan motorik yang baik. Masa ini juga
merupakan “masa tenang” karena proses perkembangan emosional anak telah
mendapat kepuasan maksimal sesuai dengan kemampuannya.
4.
Masa
remaja (13-20 tahun), disebut periode preoperasional formal. Masa ini merupakan
masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang
dewasa.
5.
Masa
dewasa (> 20 tahun), dimana masa ini ditandai dengan kemampuan individu
untuk berdiri sendiri. Mereka mampu mengendalikan perilakunya dengan baik,
menempatkan dirinya sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan individu
yang bertanggung jawab.
3.
Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Psikoanalisis
Perhatian
yang perlu dilihat dalm teor ini adalah “tahapan perkembangan kepribadian
individu” yang memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus
disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada
setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu
konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan
ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.
PENDEKATAN
PSIKOLOGI GESALT
Psikologi
Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala
sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt
disebut sebagai phenomena (gejala).
Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat
secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti.
Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh
indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah
memberikan arti pada obyek itu.
1.
Aplikasi Pendekatan Psikologi Gesalt Dalam Kehidupan
1. Belajar: Proses
belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar,
terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi,
seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain:
a.
Pengalaman tilikan (insight): bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek
atau peristiwa.
b.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning): kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu
yang dipelajari.
c.
Perilaku bertujuan (purposive behavior): bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif
jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu
peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.
Prinsip ruang hidup (life space): bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
e.
Transfer dalam Belajar: yaitu pemindahan
pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut
pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan
dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan
kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar
akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari
suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain.
2. Insight: Pemecahan
masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai
dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu
menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi.
Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler
dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung
pada:
a.
Kesanggupan: Kesanggupan berkaitan
dengan kemampuan inteligensi individu.
b.
Pengalaman: Dengan belajar, individu
akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya
insight.
c.
Taraf kompleksitas dari suatu situasi:
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d.
Latihan: Latihan yang banyak akan
mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
e.
Trial and Error: Apabila seseorang tidak
dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan
hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Memory: Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan
jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula
sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip
of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara
sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip
seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu
informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan
dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum
diketahui faktanya.[5]
2.
Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Gesalt Dalam Pembelajaran?
- Guru harus mempersiapkan akan apa yang ditampilkan di depan peserta didik
- Guru harus lebih memperhatikan penampilan visual berupa presentasai power point ketimbang ceramah kepada peserta didiknya.
- Guru mengamati siswa ketika memperhatikan visual
- Guru memberikan pertanyaan tentang apa yang telah dipresentasikan
- Guru bertanggung jawab atas jalannya diskusi antar siswa
3.
Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Gesalt
Karena
teori ini mengandalkan indera untuk memproyeksikan obyek tersebut menjadi suatu
informasi dan sekaligus memberikan arti pada obyek tersebut. Seseorang yang
menerapkan teori ini harus mengutamakan visual karena dengan indera ini peserta
didik akan mudah menangkap dan mengingat makna dari apa yang mereka lihat.
TEORI
PENDEKATAN PSIKOLOGI KOGNITIF
Psikologi
kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran.
Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan
ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali
sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi
kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi.
1.
Aplikasi Pendekatan Psikologi Kognitif Dalam Kehidupan
Dalam kehidupan
masyarakat teori ini dapat dilihat pada kebanyakan masyarakat yang mendiami
suatu lingkungan tertentu sehingga semua pengetahuannya hanya sebatas pada
tempat dimana mereka beradaptasi yang membuat mereka juga mempunyai pola tingkah
laku yang sama seperti apa yang diterima pada lingkungan sekitarnya. contohnya:
ketika di zaman dulu manusia hanya bisa memecahkan sesuatu yang keras dengan
menggunakan batu saja, maka sekelompok manusia yang hidup dizaman itu juga
memiliki kemampuan yang sama karena diperoleh dari lingkungan yang memiliki
pengetahuan yang sama.
2.
Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Kognitif Dalam Pembelajaran?
·
Peran guru adalah sebagai berikut:
-
Guru sebagai demonstrator
-
Guru sebagai mediator dan fasilitator
-
Guru sebagai evaluator
·
Guru secara umum berperan sebagai:
Pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partissipan,
ekspeditor, perencana,suvervisor,motivator,penanya,evaluator dan konselor.
·
Selain peran yang telah disebutkan di
atas, hal yang perlu dan penting dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus
mengetahui psikologis mengenai peserta didik.
·
Peran peserta didik: Belajar mandiri
memposisikan pebelajar sebagai subyek, pemegang kendali, pengambil keputusan
atau pengambil inisiatif atas belajarnya sendiri.
3.
Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Kognitif
Psikologi ini sangat baik jika seseorang berada
dilingkungan yang tepat, namun tidak baik jika seseorang yang tidak memiliki
kesadaran berada dilingkungan yang tidak tepat. Karena, berdasrkan teori ini
pengetahuan apa yang diperoleh seseorang maka itu akan diserap dan dikeluarkan
hasil yang sama seperti yang dikontruksikan oleh si pengajar. Hal ini akan
bersifat berbahaya jika digunakan untuk mendoktrin seseorang dan mengarahkan
orang tersebut untuk berbuat buruk.
PENDEKATAN
PSIKOLOGI FUNGSIONALIS
Fungsionalisme
adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran
dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme
menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran and perilaku. Dengan demikian,
hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari
pikiran dan perilaku.
1.
Aplikasi Pendekatan Struktural Fungsionalis Dalam Kehidupan
Penerapan
teori struktural fungsional dalam institusi keluarga terdapat tiga elemen utama dalam struktur internal
keluarga yang saling kait mengkait yaitu:
·
Status social: Beradasarkan status
soslal, diukur dari tiga struktur utama yaitu bapak atau suami, ibu atau isteri
dan anak-anak. Atau bisa diaktakana ayah sebagai pencari nafkah, ibu rumah
tangga, anak balita, anak sekolah, remaja, dan lain-lain.
·
Fungsi social: Menggambarkan perannya
masing-masing individu menurut status sosialnya masing-masing. Parsons dan Bales
(1955) dan Rice dan Tucker (1986) membagi dua peran orangtua dalam keluarga,
yaitu peran instrumental yang diharapkan dilakukan oleh suami atau bapak yaitu
berperan sebgai pencari nafkah untuk kelangsungan hidup seluruh anggota
keluarga, dan peran emosional atau ekspresif yang biasanya dipegang oleh figur
istrt atau ibu sebagai peran pemeberi cinta,kelembutan, dan kasih sayang.
Tujuan dari peran ini agar terciptanya suasana keluarga yang harmonis, serta
untuk mengantisipasi ketika akan terjadinya problem dalam sebuah keluarga atau
luar keluarga.
·
Norma social: Norma ini adalah peraturan
yang menggambarkan bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam
kehidupan sosialnya atau bisa dikatakan standar dalam tingkahalku dalam
menjalankan tugas-tugas, pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta
pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga.[6]
2.
Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Fungsionalis Dalam Pembelajaran?
- Guru harus menyusun konsep pembelajaran dalam bentuk yang telah siap
- Guru harus peka dan jeli pada situasi dan kondisi belajar
- Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri, jika siswa menemukan kesulitan baru boleh ditanyakan kepada guru
3.
Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Fungsionalis
Tidak
setiap pembelajaran bisa menggnakan teori ini. Murid dipandang pasif, perlu
motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan oleh guru. Penerapan
metode yang salah akan menyebabkan proses belajar menjadi tidak menyenangkan.
Selain itu hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
- Mementingkan pengaruh lingkungan
- Mementingkan peranan reaksi
- Menguatkan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus dan respon
- Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
- Mementingkan pembiasaan melalui latihan dan pengulangan
- Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan[7]
[1] Riski. 2013. Aplikasi Strukturalis Dalam Pembelajaran
(Online). http://riskinight.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 07
Juni 2015
[2]
Misiak, Henryk & Sexton, Virginia staudt. 2005. Psikologi Fenomenologi, Eksistensial, dan Humanistik. Bandung:
Refika Aditama.
[3]
Utami, Ninda Putri. 2013. Psikologi:
Perspektif Humanistik (Online). https://nindihong.wordpress.com. Diakses
Pada Tanggal 04 Juni 2015.
[4] Dr. C. Asri Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Rinika Cipta. Hal 76-78
[5] Dariyanto,
Feri N. 2013. Teori Belajar Gestalt
(Online). https://ferdonan.wordpress.com.
Diakses Pada Tanggal 04 Juni 2015.
[6] Abdul, Yogi. 2013. Struktural Fungsional Di Institusi Keluarga
(Online). http://yogiabdulaziz.blogspot.com. Diakses
Pada Tanggal 05 Juni 2015.
[7] Karim,
Abdul. 2012. Teori Belajar Aliran
Fungsionalistik (Online). http://kunjungi.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 07 Juni
2015.
0 komentar:
Posting Komentar