Kamis, 18 Juni 2015

Macam-Macam Pendekatan Psikologi Manusia



PENDEKATAN PSIKOLOGI STRUKTURALIS
Strukturalisme atau Strukturalis merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan. Strukturalisme sendiri berasal dari bahasa inggris structuralism yang memiliki arti membangun.

1. Aplikasi Pendekatan Psikologi Strukturalis Dalam Kehidupan
Penerpan psikologi strukturalis dalam khidupan dapat digunakan dalam melakukan analisis bidang-bidang khusus maupun melakukan suatu penelitian oleh seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik ketimbang pendekatan lainnya. Contohnya seperti penerapan strukturalisme dalam karya sastra, genetik, dll.
Dalam implementasi di masyarakat, strukturalisme dapat dilihat pada pertunjukan budaya, semisal kuda lumping. Pada pertunjukan kuda lumping ini terdapat struktur luar yakni, alat-alat dari permainan kuda lumping sendiri. Dari berupa kostum hingga gamelan/alat musik yang menjadi pengiring permainan kuda lumping. Pada struktur dalamnya terdapat unsur-unsur mitos, yakni semacam pemanggilan arwah untuk dimasukkan pada tubuh orang yang menjadi pelaku pertunjukan kebudayaan.

2. Bagaimana Guru Menerapkan Strukturalis Dalam Pembelajaran?
  • Segala ssuatu yang diucapkan merupakan aspek bahasa yang paling penting. Oleh karena itu, seorang guru harus mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberikan latihan kepada siswa mulai dari latihan menyimak, memahami kemudian berbicara.
  • Perbedaan antar bahasa asli siswa dengan bahasa asing yang sedang dipelajarinya perlu diperhatkan besar oleh seorang guru untuk memprioritaskan erbedaan-perbedaan ini sehingga dapat dissuaikan ketika merancang sebuah metode pembelajaran.
  • Dalam melaksanakan proses pembelajaran, hendaknya guru memberikan penjelasan kepada para siswa dengan penjelasan yang bersifat induktif, yakni guru memberikan penjelasannya dengan memberikan contoh-contoh sebanyak mungkin kemudian dilanjutkan dengan memberkan ksimpulan terhadap kaidah-kaidah yang sedang dipelajarinya setelah itu diadakan kegiatan Tanya jawab untuk memantapkan pemahaman siswa.[1]
3. Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Strukturalis
Seorang guru harus peka terhadap situasi dan kondisi keadaan semua murid yang diajarnya, karena setiap siswa memiliki bahasa yang khas dan karakter yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan tempat tinggal mereka.

PENDEKATAN PSIKOLOGI HUMANIS
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis. [2]

1. Aplikasi Pendekatan Psikologi Humanis Dalam Kehidupan
Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan menciptakan  kesehatan dan menyesuaikannya. Sebab itu, konselor harus mempergunakan teknisnya untuk memajukan tendensi perkembangan klien tidak secara langsung tetapi dengan menciptakan kondisi perkembangan yang positif dengan cara permisif. Konselor sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat, pedoman, kritik, penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya. Dengan cara ini, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan bersikap:
a.       Menerima (Acceptance): Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan diri apa adanya.
b.      Kehangatan (Warmth): Ditujukan agar  klien merasa aman dan memiliki penilaian yang lebih positif tentang dirinya.
c.       Tampil apa  adanya (Genuine): Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap positif.
d.      Empati (Emphaty): Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame  of reference), klien akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan problematikanya.
e.       Penerimaan tanpa  syarat (Unconditional positive  regard): Sikap penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun  negatif perilaku atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
f.       Transparansi (Transparancy): Penampilan terapis yang transparan atau tanpa topeng pada saat  terapi berlangsung maupun  dalam kehidupan keseharian merupakan   hal yang penting  bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
g.      Kongruensi (Congruence): Konselor dan klien berada pada hubungan yang sejajar dalam relasi terapeutik yang sehat. Terapis bukanlah orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.
Kondisi-kondisi yang memungkinkan klien mengubah diri secara konstruktif mengharuskan klien dan terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan demikian, akan dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain:
a.       Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem yang dihadapi.
b.      Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
c.       Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
d.      Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
e.       Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
f.       Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
g.      Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional positive regard.
h.      Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial dengan baik.
i.        Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.
Setelah terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan permasalahannya.
a.       Mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.
b.      Dalam pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
c.       Mereka menjadi kreatif. Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam hubungan dengan orang lain.[3]

2. Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Humanis Dalam Pembelajaran?
Dalam prakteknya teori humanism ini cenderung mengatakan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran yakni sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
  2. Menentukan materi pembelajaran
  3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa
  4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang kemungkinan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar
  5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
  6. Membimbing siswa untk memahami hakikat makna dari pengalaman belajar
  7. Membimbing siswa belajar secara aktif
  8. Membimbing siswa ntu memahami konseptualisasi pengalaman belajarnya
  9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata
  10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.[4]

3. Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Humanis
Mengingat humanisme merupakan teori yang mengutamakan manusia itu sendiri sebagai mahluk yang paling harus mendapat perhatian yang lebih ketimbang mahluk lain karena memiliki akal budi, empati dan sebagai mahluk social. Maka dari itu, seorang guru harus memberikan penilaian terhadap peserta didiknya dengan memiliki kepekaan perasaan sebagai sesama manusia sehingga hal itu tidak membuat anak didiknya menjadi tidak tertekan dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung
.
PENDEKATAN PSIKOLOGI BEHAVIORIS
Psikologi Behaviorisme adalah ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Sistem psikologi behaviorisme ini merupakan transisi dari sistem sebelumnya. Dalam pandangannya, perilaku yang dapat diamati dan dikuantifikasi memiliki maknanya sendiri, bukan hanya berfungsi sebagai perwujudan peristiwa-peristiwa mental yang mendasarinya.

1. Aplikasi Teori Behavioris Dalam Kehidupan
Dalam kehidupan yang nyata, penerapan psikologi terlihat ketika seorang guru menjelaskan didepan kelas kepada siswanya dengan metode ceramah. Selain itu, dalam ajaran agama Hindu penerapan teori behaviorisme sangat kental karena setiap melaksanakan odalan di pura-pura umat Hindu selalu mengadakan Dharma Wacana yang bertujuan untuk membagai ilmu pengetahuan atau memberikan pencerahan kepada umat Hindu ketika sembari menunggu pembagian tirta.

2. Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Behavioris Dalam Pembelajaran?
Dalam pembelajaran terhadap siswa, Psikologi Behaviorisme dapat diaplikasikan dengan cara sebagai berikut:
·         Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru
·         Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi
·         Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
·         Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
·         Kesalahan harus segera diperbaiki
·         Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
·         Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak

3. Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Behavioris
Karena teori behaviorisme ini bersifat ceramah, seseorang yang menerapkan teori ini harus memperhatikan audiens dengan baik agar pendengar tidak merasa bosan terhadap apa yang disampaikan oleh narasumber didepan. Pembicara harus memastikan dengan baik apa yang ia sampaikan dapat dicerna bagi si pendengar sehingga tutur bahasa yang lugas dan jelas harus diperhatikan dalam teori ini.

PENDEKATAN PSIKOLOGI PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa.

1. Aplikasi Pendekatan Psikologi Psikoanalisis Dalam Kehidupan
Konsep bahwa ”manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”. ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Sedangkan konsep “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.
Konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pembinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya.

2. Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Psikoanalisis Dalam Pembelajaran?
Dalam teori ini, seorang guru yang memahami perkembangan dan tngkat pengetahuan seorang anak seperti:
1.      Masa bayi (0-2 tahun), disebut periode sensorik motorik, pada periode ini perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat.
2.      Masa kanak-kanak (3-5 tahun), disebut periode praoperasional. Pada periode ini, dorongan keingintahuan anak sangat besar, sehingga banyak orang mengatakan bahwa anak pada periode ini adalah “masa bertanya”.
3.      Masa usia sekolah (6-12 tahun), periode operasional nyata. Pada masa ini anak sangat aktif, ditandai dengan perkembangan fisik dan motorik yang baik. Masa ini juga merupakan “masa tenang” karena proses perkembangan emosional anak telah mendapat kepuasan maksimal sesuai dengan kemampuannya.
4.      Masa remaja (13-20 tahun), disebut periode preoperasional formal. Masa ini merupakan masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa.
5.      Masa dewasa (> 20 tahun), dimana masa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berdiri sendiri. Mereka mampu mengendalikan perilakunya dengan baik, menempatkan dirinya sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan individu yang bertanggung jawab.

3. Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Psikoanalisis
Perhatian yang perlu dilihat dalm teor ini adalah “tahapan perkembangan kepribadian individu” yang memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.

PENDEKATAN PSIKOLOGI GESALT
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.

1. Aplikasi Pendekatan Psikologi Gesalt Dalam Kehidupan
1. Belajar: Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain:
a.       Pengalaman tilikan (insight): bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning): kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
c.       Perilaku bertujuan (purposive behavior): bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.      Prinsip ruang hidup (life space): bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e.       Transfer dalam Belajar: yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
2. Insight: Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada:
a.       Kesanggupan: Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b.      Pengalaman: Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c.       Taraf kompleksitas dari suatu situasi: Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d.      Latihan: Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
e.       Trial and Error: Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Memory: Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.[5]

2. Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Gesalt Dalam Pembelajaran?
  • Guru harus mempersiapkan akan apa yang ditampilkan di depan peserta didik
  • Guru harus lebih memperhatikan penampilan visual berupa presentasai power point ketimbang ceramah kepada peserta didiknya.
  • Guru mengamati siswa ketika memperhatikan visual
  • Guru memberikan pertanyaan tentang apa yang telah dipresentasikan
  • Guru bertanggung jawab atas jalannya diskusi antar siswa

3. Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Gesalt
Karena teori ini mengandalkan indera untuk memproyeksikan obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus memberikan arti pada obyek tersebut. Seseorang yang menerapkan teori ini harus mengutamakan visual karena dengan indera ini peserta didik akan mudah menangkap dan mengingat makna dari apa yang mereka lihat.

TEORI PENDEKATAN PSIKOLOGI KOGNITIF
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi.

1. Aplikasi Pendekatan Psikologi Kognitif Dalam Kehidupan
            Dalam kehidupan masyarakat teori ini dapat dilihat pada kebanyakan masyarakat yang mendiami suatu lingkungan tertentu sehingga semua pengetahuannya hanya sebatas pada tempat dimana mereka beradaptasi yang membuat mereka juga mempunyai pola tingkah laku yang sama seperti apa yang diterima pada lingkungan sekitarnya. contohnya: ketika di zaman dulu manusia hanya bisa memecahkan sesuatu yang keras dengan menggunakan batu saja, maka sekelompok manusia yang hidup dizaman itu juga memiliki kemampuan yang sama karena diperoleh dari lingkungan yang memiliki pengetahuan yang sama.

2. Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Kognitif Dalam Pembelajaran?
·         Peran guru adalah sebagai berikut:
-          Guru sebagai demonstrator
-          Guru sebagai mediator dan fasilitator
-          Guru sebagai evaluator
·         Guru secara umum berperan sebagai: Pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partissipan, ekspeditor, perencana,suvervisor,motivator,penanya,evaluator dan konselor.
·         Selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan penting dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus mengetahui psikologis mengenai peserta didik.
·         Peran peserta didik: Belajar mandiri memposisikan pebelajar sebagai subyek, pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif atas belajarnya sendiri.

3. Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Kognitif
            Psikologi ini sangat baik jika seseorang berada dilingkungan yang tepat, namun tidak baik jika seseorang yang tidak memiliki kesadaran berada dilingkungan yang tidak tepat. Karena, berdasrkan teori ini pengetahuan apa yang diperoleh seseorang maka itu akan diserap dan dikeluarkan hasil yang sama seperti yang dikontruksikan oleh si pengajar. Hal ini akan bersifat berbahaya jika digunakan untuk mendoktrin seseorang dan mengarahkan orang tersebut untuk berbuat buruk.

PENDEKATAN PSIKOLOGI FUNGSIONALIS
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran and perilaku. Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.

1. Aplikasi Pendekatan Struktural Fungsionalis Dalam Kehidupan
Penerapan teori struktural fungsional dalam institusi keluarga terdapat  tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga yang saling kait mengkait yaitu:
·         Status social: Beradasarkan status soslal, diukur dari tiga struktur utama yaitu bapak atau suami, ibu atau isteri dan anak-anak. Atau bisa diaktakana ayah sebagai pencari nafkah, ibu rumah tangga, anak balita, anak sekolah, remaja, dan lain-lain.
·         Fungsi social: Menggambarkan perannya masing-masing individu menurut status sosialnya masing-masing. Parsons dan Bales (1955) dan Rice dan Tucker (1986) membagi dua peran orangtua dalam keluarga, yaitu peran instrumental yang diharapkan dilakukan oleh suami atau bapak yaitu berperan sebgai pencari nafkah untuk kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga, dan peran emosional atau ekspresif yang biasanya dipegang oleh figur istrt atau ibu sebagai peran pemeberi cinta,kelembutan, dan kasih sayang. Tujuan dari peran ini agar terciptanya suasana keluarga yang harmonis, serta untuk mengantisipasi ketika akan terjadinya problem dalam sebuah keluarga atau luar keluarga.
·         Norma social: Norma ini adalah peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya atau bisa dikatakan standar dalam tingkahalku dalam menjalankan tugas-tugas, pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga.[6]

2. Bagaimana Guru Menerapkan Psikologi Fungsionalis Dalam Pembelajaran?
  • Guru harus menyusun konsep pembelajaran dalam bentuk yang telah siap
  • Guru harus peka dan jeli pada situasi dan kondisi belajar
  • Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri, jika siswa menemukan kesulitan baru boleh ditanyakan kepada guru

3. Hal Yang Perlu Diamati Dalam Psikologi Fungsionalis
Tidak setiap pembelajaran bisa menggnakan teori ini. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan oleh guru. Penerapan metode yang salah akan menyebabkan proses belajar menjadi tidak menyenangkan. Selain itu hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
  • Mementingkan pengaruh lingkungan
  • Mementingkan peranan reaksi
  • Menguatkan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus dan respon
  • Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
  • Mementingkan pembiasaan melalui latihan dan pengulangan
  • Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan[7]


[1] Riski. 2013. Aplikasi Strukturalis Dalam Pembelajaran (Online). http://riskinight.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 07 Juni 2015
[2] Misiak, Henryk & Sexton, Virginia staudt. 2005. Psikologi Fenomenologi, Eksistensial, dan Humanistik. Bandung: Refika Aditama.
[3] Utami, Ninda Putri. 2013. Psikologi: Perspektif Humanistik (Online). https://nindihong.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 04 Juni 2015.
[4] Dr. C. Asri Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rinika Cipta. Hal 76-78
[5] Dariyanto, Feri N. 2013. Teori Belajar Gestalt (Online). https://ferdonan.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 04 Juni 2015.
[6] Abdul, Yogi. 2013. Struktural Fungsional Di Institusi Keluarga (Online). http://yogiabdulaziz.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 05 Juni 2015.
[7] Karim, Abdul. 2012. Teori Belajar Aliran Fungsionalistik (Online). http://kunjungi.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 07 Juni 2015.

Macam-Macam Pendekatan Psikologi Manusia Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar