1.
Hormon
testosteron
Testoteron
disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat diantara tubulus seminiferus.
Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk
sperma, terutama meosis untuk membentuk spermatogenesis sekunder. Dihasilkan
oleh sel intertisial yang terletak antara tubulus seminiferus. Sel ini
berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa.
Setelah
pubertas, sel intertisial banyak menghasilkan hormon testosteron yang
disekresikan oleh testis. Sebagian besar testosteron berikatan longggar dengan
protein plasma yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan
yang dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi testosteron. Testosteron yang tidak
terikat pada jaringan dengan cepat di ubah oleh hati menjadi aldosteron dan
dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresikan dalam usus menjadi empedu ke
dalam urin. Fungsi
testosteron adalah sebagai berikut:
- Efek desensus (penempatan) testis. Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan faktor keturunan.
- Perkembangan seks primer dan sekunder: sekresi testosterone setelah pubertas menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
2.
Hormon
gonadotropin
Kelenjar
hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu Lutein Hormon (LH) dan
Folikel Stimulating Hormon (FSH). Bila testis dirangsang oleh LH dari kelenjar
hipofisis, maka sekresi testosteron selama kehidupan fetus penting untuk
peningkatan pembentukan organ seks pria.
LH
disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel
Leydig untuk mensekresi testoteron. FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar
hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi
ini, pengubahan spermatid menjadi sperma tidak akan terjadi.
Perubahan
spermatogenesis menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh
FSH. Namun, FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa. Oleh karena
itu, testosteron disekresikan secara serentak oleh sel intertisial yang
berdifusi menuju tubulus seminiferus. Testosteron diperlukan untuk proses
pematangan akhir spermatozoa.
3.
Hormon
estrogen
Dibentuk
dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini
memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk
mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen
tubulus seminiferus untuk pematangan sperma.
4.
Hormon
pertumbuhan
Hormon
pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, maka spermatogenesis sangat berkurang
atau tidak ada sama sekali.
0 komentar:
Posting Komentar